
file:///C:/Users/User/Documents/Stockholm...Paduan.Sejarah..dan.Kreativitas_files/3489192p.jpg
Stockholm, Paduan Sejarah dan Kreativitas
Rabu, 9 September 2009 | 05:45 WIB
Ahmad Arif
Stockholm, ibu kota Swedia, menjadi salah satu kota yang secara acak saya pilih sebagai tujuan perjalanan. Pertimbangannya hanya karena kota ini dilayani oleh maskapai murah RyanAir dari Berlin, Jerman—kota simpul selama di Eropa.
Kota tua
Baiklah, mari kembali menuju Stockholm, kota yang berdiri sejak 1253. Setelah memastikan hotel, saya segera memesan bus dari Bandara Nyköping ke Stockholm seharga sekitar 199 SEK. Perjalanan satu jam lebih itu melewati pantai, hutan, dan hamparan ladang pertanian.
Perjalanan menyelusuri Stockholm, kota yang tak tersentuh Perang Dunia II ini, saya mulai dari terminal bus di terminal kota. Stockholm memiliki paduan arsitektur teranyar dan kuno yang menawan. Paduan beton, baja, tembok terakota, hingga kaca-kaca patri, menjadi pesona kota yang terdiri dari 14 kepulauan yang mengapung di atas Danau Malaren itu.
Jantung kota adalah Gamela Stan, yang keindahan bangunan-bangunan dari abad pertengahannya tetap dilestarikan. Salah satunya, yang tertua adalah Storkyrkan atau Katedral Stockholm, dengan struktur Gothic dari abad ke-13, yang terlihat dari tembok luar bangunan khas Baroque. Penuh ornamen rumit, lengkungan menyudut, jendela besar berkaca patri, dan menara menjulang.
Tak jauh dari Storkyrkan adalah Royal Palace, pusat kekuasaan monarki Swedia. Siang itu sekitar pukul 13.00, para turis yang sebelumnya lalu lalang di halaman dalam Royal Palace diminta mundur oleh beberapa tentara kerajaan. Mereka akan menggelar upacara pergantian petugas jaga istana.
Walaupun Swedia tetap negara monarki dan dipimpin Raja King Karl XVI Gustaf, istananya telah menjadi tempat publik.